ICAYANI Pelatihan Pemanfatan Limbah Kakao Sebagai Pakan Ternak
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan di Gunungkidul pada musim kemarau, ICS kakao Handayani bekerjasama dengan kelompok Ngudi mulyo Dukuh Pace, Desa Nglegi Kecamatan Patuk pada hari sabtu, 18 Februari 2012 menggelar pelatihan bersama yaitu pemanfaatan limbah kakao ( Cangkang) sebagai pakan ternak. Dipilihnya bahan ini di katakana oleh : Sarwono : karena ketersedianya cukup melimpah dan kondisi saat ini bahan tersebut belum diolah dan hanya dibiarkan berserakan di bawah-bawah pohon kakao, yang tentu saja menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan pohon kakao dan lingkungan.
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan di Gunungkidul pada musim kemarau, ICS kakao Handayani bekerjasama dengan kelompok Ngudi mulyo Dukuh Pace, Desa Nglegi Kecamatan Patuk pada hari sabtu, 18 Februari 2012 menggelar pelatihan bersama yaitu pemanfaatan limbah kakao ( Cangkang) sebagai pakan ternak. Dipilihnya bahan ini di katakana oleh : Sarwono : karena ketersedianya cukup melimpah dan kondisi saat ini bahan tersebut belum diolah dan hanya dibiarkan berserakan di bawah-bawah pohon kakao, yang tentu saja menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan pohon kakao dan lingkungan.
Cara Pembuatan
Pencacahan
1.
Proses
pencacahan perlu dilakukan mengingat jenis limbah kakao terutama
cangkangnya ( Kulit ) bentuknya terlalu besar, sehinga sulit difermentasi.
2.
Tujuan
pencacahan adalah memperkecil bentuk limbah, sehingga lebih mudah difermentasi
dan disusun.
3.
Pencacahan dapat dilakukan dengan alat / mesin pencacah.
4.
Pada limbah kakao , setelah dicacah akan berbentuk
serpihan-serpihan berukuran 2 – 5 cm.
5.
Pencacahan dilakukan sebaiknya segera setelah buah
dipanen, agar limbah masih dalam kondisi segar.
Fermentasi
untuk Pakan Ternak
1. Proses fermentasi dilakukan untuk
meningkatkan mutu gizi limbah serta
menekan kadar senyawa-senyawa yang dapat menghambat pencernaan. Fermentasi
dapat dilakukan dengan beberapa jenis mikroba, diantaranya yang efektif adalah Moretan
2.
Fermentasi
bisa dilakukan dalam kotak, atau di atas anyaman bambu/para-para atau di atas
lantai yang dilapisi dengan kayu/bambu, yang penting tempatnya harus teduh /
beratap.
3.
Bahan
(limbah kakao ) yang telah siap
difermentasi ditaburkan pada permukaan media setebal 5 – 10 cm, selanjutnya disiram
dengan larutan moretan secara merata. Penyiraman bisa dilakukan dengan
tangan, tetapi lebih baik dengan shower (gembor) atau sprayer
agar lebih merata.
4.
Diatas
tumpukan bahan yang telah tersiram larutan Moretan ditaburkan lagi limbah setebal 5 – 10 cm,
selanjutnya disirami larutan Moretan secara merata. Demikian seterusnya,
sehingga bahan habis tertumpuk dan tersiram cairan Moretan.
5.
Diatas
tumpukan bahan/limbah ditutup dengan goni atau plastik yang bersih secara rapat
dan dibiarkan hingga 4 – 5 hari. Setelah umur 4 – 5 hari, baru
dibongkar, selanjutnya dikeringkan.
Pengeringan
1.
Pengeringan
bisa dilakukan dengan sinar matahari atau dengan alat (dryer), dengan
tujuan untuk menghentikan proses fermentasi,
2.
Disamping
itu pengeringan juga untuk mempermudah proses penggilingan serta memperpanjang
daya simpan, karena kadar air akan turun hingga 12 – 14%.
3.
Limbah
yang telah kering, akan ditandai dengan tekstur yang keras dan warna kehitaman
Penggilingan
1.
Penggilingan
dimaksudkan agar limbah bentuknya lembut seperti tepung sehingga ternak
mudah memakan dan mencernanya.
2.
Penggilingan secara efisien bisa dilakukan dengan
menggunakan alat /mesin penggiling.
3.
Dalam proses penggilingan ukuran bahan/serbuk bisa
diatur.
4.
Untuk pakan ternak ruminansia, ukurannya bisa agak kasar,
sedangkan untuk babi atau ayam sebaiknya bentuknya lebih lembut. Hal ini bisa
dilakukan dengan menggunakan saringan dengan ukuran lubang yang berbeda
Pengemasan
dan Penyimpanan
1. Tepung limbah perkebunan bisa langsung
diberikan pada ternak, bisa pula disimpan dalam waktu yang cukup lama (6 – 10
bulan).
2. Agar
bahan tidak cepat rusak dan mutunya dapat dipertahankan dalam penyimpanan
tepung limbah perlu kita kemas.
3.
Pengemasan bisa dilakukan dengan wadah plastik
atau goni, dan diikat, atau dijahit agar tidak kemasukan serangga atau
mikroorganisme perusak.
Penggunaan
1.
Untuk ternak ruminansia (sapi atau kambing),
2. limbah kakao olahan bisa dijadikan pakan penguat untuk
mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas susu, daging dan
telur..
3.
Tepung limbah perkebunan bisa dijadikan pengganti dedak,
dengan dosis pemberian 0,7 – 1,0% dari berat hidup ternak.
4.
Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung lahap
memakannya. Karena itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu
ditambah sedikit garam atau gula untuk merangsang nafsu makan.
5.
Pada ternak babi dan ayam, limbah perkebunan bisa
dijadikan komponen penyusun ransum sebagai pengganti dedak.
6.
Sedangkan pada limbah kakao olahan, dosis penggunaannya
bisa mencapai 20 – 22% pada ayam petelur dan hingga 30 – 35% pada babi, sapi dan
kambing.