Kamis, 15 Maret 2012

Pelatihan Pemanfatan Limbah Kakao



 ICAYANI Pelatihan Pemanfatan Limbah Kakao Sebagai Pakan Ternak
 
Untuk mengatasi masalah kekurangan pakan di Gunungkidul pada musim kemarau, ICS kakao Handayani bekerjasama dengan kelompok Ngudi mulyo Dukuh Pace, Desa Nglegi Kecamatan Patuk pada hari sabtu, 18 Februari 2012 menggelar pelatihan bersama yaitu pemanfaatan limbah kakao ( Cangkang) sebagai pakan ternak. Dipilihnya bahan ini di katakana oleh : Sarwono : karena ketersedianya cukup melimpah dan kondisi saat ini bahan tersebut belum diolah dan hanya dibiarkan berserakan di bawah-bawah pohon kakao, yang tentu saja menimbulkan dampak yang kurang baik bagi pertumbuhan pohon kakao dan lingkungan.

Cara Pembuatan
Pencacahan
1.    Proses pencacahan  perlu dilakukan  mengingat jenis limbah kakao terutama cangkangnya ( Kulit ) bentuknya terlalu besar, sehinga sulit difermentasi.
2.    Tujuan pencacahan adalah memperkecil bentuk limbah, sehingga lebih mudah difermentasi dan disusun.
3.    Pencacahan dapat dilakukan dengan alat / mesin pencacah.
4.    Pada limbah kakao , setelah dicacah akan berbentuk serpihan-serpihan berukuran 2 – 5 cm.
5.    Pencacahan dilakukan sebaiknya segera setelah buah dipanen, agar limbah masih dalam kondisi segar.

Fermentasi untuk Pakan Ternak

1.    Proses fermentasi dilakukan untuk meningkatkan  mutu gizi limbah serta menekan kadar senyawa-senyawa yang dapat menghambat pencernaan. Fermentasi dapat dilakukan dengan beberapa jenis mikroba, diantaranya yang efektif adalah  Moretan
2.    Fermentasi bisa dilakukan dalam kotak, atau di atas anyaman bambu/para-para atau di atas lantai yang dilapisi dengan kayu/bambu, yang penting tempatnya harus teduh / beratap.
3.    Bahan (limbah  kakao ) yang telah siap difermentasi ditaburkan pada permukaan media setebal 5 – 10 cm, selanjutnya disiram dengan larutan moretan secara merata. Penyiraman bisa dilakukan dengan tangan, tetapi lebih baik dengan shower (gembor) atau sprayer agar lebih merata.
4.    Diatas tumpukan bahan yang telah tersiram larutan Moretan  ditaburkan lagi limbah setebal 5 – 10 cm, selanjutnya disirami larutan Moretan secara merata. Demikian seterusnya, sehingga bahan habis tertumpuk dan tersiram cairan Moretan.
5.    Diatas tumpukan bahan/limbah ditutup dengan goni atau plastik yang bersih secara rapat dan dibiarkan hingga 4 – 5 hari.   Setelah umur 4 – 5 hari, baru dibongkar, selanjutnya dikeringkan.

Pengeringan

1.    Pengeringan bisa dilakukan dengan sinar matahari atau dengan alat (dryer), dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi,
2.    Disamping itu pengeringan juga untuk mempermudah proses penggilingan serta memperpanjang daya simpan, karena kadar air akan turun hingga 12 – 14%.
3.    Limbah yang telah kering, akan ditandai dengan tekstur yang keras dan warna kehitaman

Penggilingan

1.    Penggilingan dimaksudkan agar limbah bentuknya lembut seperti tepung  sehingga ternak mudah memakan dan mencernanya.   
2.    Penggilingan secara efisien bisa dilakukan dengan menggunakan alat /mesin  penggiling.
3.    Dalam proses penggilingan ukuran bahan/serbuk bisa diatur.
4.    Untuk pakan ternak ruminansia, ukurannya bisa agak kasar, sedangkan untuk babi atau ayam sebaiknya bentuknya lebih lembut. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan saringan dengan ukuran lubang yang berbeda

Pengemasan dan Penyimpanan

1.    Tepung limbah perkebunan bisa langsung diberikan pada ternak, bisa pula disimpan dalam waktu yang cukup lama (6 – 10 bulan).
2.   Agar bahan tidak cepat rusak dan mutunya dapat dipertahankan dalam penyimpanan tepung limbah perlu kita kemas.  
3.     Pengemasan bisa dilakukan dengan wadah plastik atau goni, dan diikat, atau dijahit agar tidak kemasukan serangga atau mikroorganisme perusak.

Penggunaan

1.    Untuk ternak ruminansia (sapi atau kambing),
2.   limbah kakao olahan bisa dijadikan pakan penguat untuk mempercepat pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas susu, daging dan telur..
3.    Tepung limbah perkebunan bisa dijadikan pengganti dedak, dengan dosis pemberian 0,7 – 1,0% dari berat hidup ternak.
4.    Pada awal pemberian, biasanya ternak tidak langsung lahap memakannya. Karena itu berikanlah pada saat ternak lapar dan bila perlu ditambah sedikit garam atau gula untuk merangsang nafsu makan.
5.    Pada ternak babi dan ayam, limbah perkebunan bisa dijadikan komponen penyusun ransum sebagai pengganti dedak.
6.    Sedangkan pada limbah kakao olahan, dosis penggunaannya bisa mencapai 20 – 22% pada ayam petelur dan hingga 30 – 35% pada babi, sapi dan kambing.